Melawan Kebijakan Impor dengan Teknologi Tepat Guna
Impor
adalah kegiatan memasukkan barang dari suatu negara (luar negeri) ke dalam
wilayah pabean negara lain (Susilo, 2008). Itulah salah satu kebijakan
pemerintah Indonesia bagi bangsanya dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Kebijakan impor berbagai komoditas pangan yang masih dilakukan pemerintah Indonesia
saat ini menjadi masalah besar yang belum juga dibenahi. Bagaimanakah kebijakan
impor dapat dilawan sehingga potensi luar biasa bangsa Indonesia dapat
dioptimalkan?
Munculnya
teknologi tepat guna bukan tanpa alasan. Berdasarkan data BPS setahun terakhir
(2016), impor garam yang masuk dalam negeri mencapai 276.299 ton dengan nilai
US$ 11,4 juta dengan negara importir seperti Singapura, Australia dan Selandia
Baru. Sangat disayangkan negara Indonesia yang memiliki garis pantai yang
sangat panjang masih bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan garam
nasional. Belajar dari negara-negara importir garam nasional, alasan mengapa
mereka mampu mengoptimalkan potensi wilayahnya yang terbatas itu semata-mata
karena teknologi yang digunakan.
Disebutkan
oleh Rahmiyati (2015) bahwa teknologi tepat guna merupakan teknologi yang
dirancang bagi masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek
lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang
bersangkutan. Contoh aplikasi teknologi tepat guna salah satunya yaitu mesin
penetas telur yang merupakan salah satu teknologi yang diterapkan di bidang
peternakan. Jelas bahwa teknologi tepat guna apabila dikembangkan dalam skala
makro akan mendatangkan kemakmuran yang berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal.
Kebijakan
impor yang biasa ditetapkan pemerintah sudah cukup banyak menggeser potensi
bangsa yang luar biasa. Impor garam merupakan kebijakan impor yang paling
memalukan. Memang benar adanya bahwa respon masyarakat Indonesia akan teknologi
yang dikenal selama ini hanya sebatas sebagai pengguna dan enggan untuk
berinovasi. Dari maraknya kebijakan impor yang diberlakukan pemerintah selama
ini, teknologi tepat guna mampu menggerakkan masyarakat lokal untuk berinovasi
sehingga usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri dapat tercapai.
Garam barangkali merupakan titik awal untuk
membenahi kebijakan impor pemerintah yang sangat disayangkan telah menggeser
potensi Indonesia untuk maju bersama teknologi tepat guna. Oleh karena itu,
teknologi tepat guna yang praktis dan efisien harus diambil guna menekan
kebijakan impor yang biasa ditetapkan oleh pihak pemerintah serta memicu
swasembada di bidang pangan, kesehatan, dan industri.
Komentar
Posting Komentar